Pada zaman dahulu kala, ada seorang suami dan istri yang tinggal di dekat hutan. Kehidupan mereka sangat miskin, dan belum memiliki anak. Setiap hari mereka berdoa kepada Tuhan agar diberikan mereka seorang anak. Suatu malam istri bermimpi, dalam mimpinya ada seorang pria tua datang padanya dan mengatakan bahwa dia dan suaminya harus bermeditasi selama 100 hari di hutan. Istri mengatakan kepada suaminya tentang mimpinya itu, mereka berharap itu adalah tanda dari Tuhan bahwa mereka akan dikaruniai seorang anak.
Kemudian mereka pun pergi ke hutan dan bermeditasi. Setelah menghabiskan selama 100 hari, mereka pulang ke rumah. Tidak lama setelah itu istrinya hamil, dan sembilan bulan kemudian bayi laki-laki lahir yang mereka namai Kumbang Banaung.
Kumbang tumbuh sebagai seorang pemuda tampan dan kuat, namun dia tidak patuh. Dia tidak pernah mendengarkan saran orang tuanya, dan itu terjadi lagi ketika ia ingin berburu di hutan. Hari sudah gelap dan orang tuanya memintanya untuk menunggu sampai pagi, namun Kumbang mengabaikannya dan bersikeras pergi ke hutan untuk berburu.
Orang tuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ayahnya memberi Kumbang piring Ajaib, piring itu dapat membantunya dalam situasi yang sulit. Setelah ia menerima piring, Kumbang bergegas pergi ke hutan. Hari telah gelap dan Kumbang tidak dapat melihat dengan jelas, dan dia pun tersesat. Kumbang terus berjalan menyeberangi hutan, hingga akhirnya ia tiba di sebuah desa. Ternyata sedang ada pesta di desa itu, lalu Kumbang melihat seorang gadis yang sangat cantik dan dia datang padanya memperkenalkan diri.
Nama gadis itu adalah Intan, dan dia adalah anak kepala desa. Pesta itu ternyata pesta ulang tahun Intan, dan Kumbang ternyata juga jatuh cinta padanya. Setelah pesta usai dan semua orang pulang, Kumbang juga ingin pulang. Dia mencoba mengingat jalan pulang, dan beruntungnya dia dapat kembali ke rumah di pagi hari. Kumbang tidak memberitahu mereka tentang pengalamannya. Ia berencana untuk mengunjungi Intan lagi. Setelah orang tuanya tidur, ia meninggalkan rumah.
Kumbang bertemu Intan lagi, dan Intan juga senang melihat Kumbang. Mereka ternyata saling mencintai, dan mereka terus bertemu satu sama lain di malam berikutnya. Hal itu membuat warga resah, mereka tidak ingin melihat apa yang Kumbang dan Intan lakukan setiap malam. Penduduk desa mengatakan kepada kepala desa untuk melakukan sesuatu. Ayah Intan punya ide, dia mendatang seorang pedagang kaya dan memintanya untuk menikahi anaknya dengan Intan. Pedagang itu pun setuju.
Kepala desa mengatakan kepada Intan, bahwa ia akan segera menikah. Intan pun begitu sedih, hingga dia mengatakan kepada Kumbang untuk melamarnya segera. Kumbang segera memberitahu orang tuanya, namun mereka tidak setuju. Mereka miskin dan mereka pikir itu tidak layak baginya untuk melamar seorang gadis kaya. Kumbang begitu marah lalu meninggalkan rumah, dan ia juga membawa piring Ajaib.
Saat bertemu Intan, Kumbang memintanya untuk lari. Saat mereka meninggalkan desa, beberapa orang desa melihat mereka dan mencoba untuk menghentikan pasangan itu. Kumbang dan Intan terus berlari hingga mereka berada di sisi Sungai, masalah selanjutnya mereka harus menyeberangi sungai tapi tidak ada sampan. Kumbang kemudian ingat tentang piring ajaibnya, lalu dia melemparkan piring ajaib ke sungai.
Hebatnya, piring berubah mejadi besar. Dia meminta Intan untuk menaiki piring, lalu mereka menggunakannya sebagai sampan. Sementara mereka menyeberangi sungai, tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Ada badai besar dan angin yang kuat meniup mereka sehingga piring ajaib terbalik dan akhirnya mereka tenggelam.
Perlahan sungai berubah menjadi danau yang dinamai penduduk sekitar Danau Malawen. Orang juga percaya, bahwa Kumbang dan Intan berubah sebagai buaya putih dan tinggal di danau. Sampai sekarang orang masih percaya, bahwa ada buaya putih yang masih tinggal di sana.